Wednesday, July 31, 2013
Konfigurasi PIN Mikrokontroler AT89S51
Penjelasan dari masing-masing pin adalah
sebagai berikut :
1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pararel
8 bit dua arah (output-input).
2. Pin 9 (Reset) adalah input reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari
rendah ke tinggi akan me-resetAT89S51.
3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) adalah port pararel 8 bit dua arah (output-input)
yang memiliki fungsi pengganti. Fungsi pengganti meliputi TxD (Transmision
Data), RxD (Received Data), Int 0 (Interupsi 0), Int 1 (Interupsi
1), T0 (Timer 0), T1 (Timer 1), WR (Write) dan RD (Read).
Bila fungsi pengganti tidak dipakai, pin-pin ini dapat digunakan sebagai port pararel
8 bit serba guna.
4. Pin 18 dan 19 (XTAL 1 dan XTAL 2) adalah pin input kristal,
yang merupakan input clock bagi rangkaian osilator
internal.
5. Pin 20 (Ground) dihubungkan ke Vss atau Ground.
6. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pararel 2 selebar 8 bit dua
arah. Port 2 ini mengirimkan bytealamat bila dilakukan pengaksesan
memori eksternal.
7. Pin 29 adalah pin PSEN (Program Strobe Enable) yang merupakan sinyal
pengontrol yang membolehkan program memori eksternal masuk ke dalam bus selama
proses pemberian/pengambilan instruksi.
8. Pin 30 adalah pin output ALE (Address Latch Enable) yang digunakan
untuk menahan alamat memori eksternal selama pelaksanaan instruksi.
9. Pin 31 (EA). Bila pin ini diberi logika tinggi, maka mikrokontroler akan
melaksanakan instruksi dari ROM ketika isi program counter kurang dari 4096.
Bila diberi logika rendah, maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh
instruksi dari memori program diluar.
10. Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pararel 8 bit open drain
dua arah. Bila diberi logika rendah, mikrokontroler akan melaksanakan seluruh
instruksi dari memori program luar.
11. Pin 40 (Vcc) dihubungkan ke Vcc (+5 Volt).
Lanjutkan Membaca >>
Tuesday, July 30, 2013
Fungsi Change Over Switch
Change Over Switch ( COS) digunakan untuk merubah 2 ( dua)
aliran distribusi listrik ( berasal dari Breaker) yang berbeda dan menguncinya
menjadi 1 ( satu) aliran listrik yang di inginkan untuk menyupplai beban, hal
ini dilakukan dengan menggunkan Change Over Switch ( secara manual atau
electric) . Umumnya digunakan pada Distribusi Tegangan Menengah atau Pengaturan
Motor-motor.
Lanjutkan Membaca >>
menghitung warna resistor
cara menghitung kode warna resistor
warna nilai pengali
hitam 0 x0
coklat 1 x1
merah 2 x2
orange 3 x3
kuning 4 x4
hijau 5 x5
biru 6 x6
ungu 7 x7
abu-abu 8 x8
putih 9 x9
emas x0.1
perak x0.01
warna nilai pengali
hitam 0 x0
coklat 1 x1
merah 2 x2
orange 3 x3
kuning 4 x4
hijau 5 x5
biru 6 x6
ungu 7 x7
abu-abu 8 x8
putih 9 x9
emas x0.1
perak x0.01
Lanjutkan Membaca >>
Jenis-Jenis Saklar/kontak (Switch)
SPST
Saklar On-Off sederhana
Saklar Push-On
Kedua terminal akan terhubung selama ditekan(push button)
Saklar Push-Off
Kedua terminal akan terputus selama ditekan
Saklar On-Off sederhana
Saklar Push-On
Kedua terminal akan terhubung selama ditekan(push button)
Saklar Push-Off
Kedua terminal akan terputus selama ditekan
Saklar SPDT
Terminal sentral (COM) akan terhubung ke salah satu terminal dan akan terputus ke terminal lainnnya dalam satu kondisi.
Saklar DPST
Dalam kondisi On ("1") dua terminal sentral akan terhubung ke terminal pasangannya dan akan terputus ketika kondisi Off ("0")
Saklar DPDT
Dua terminal sentral akan terhubung ke salah satu terminal pasangannya dan teputus ke terminal pasangannya yang lain dalam satu kondisi.
Lanjutkan Membaca >>
cara aman menguji coba Amplfier Rakitan sendiri
sebelum menguji rangkaian akan lebih baik periksa rangkaian dahulu apakah ada transistor yang terbalik/ elko yang terbalik (bahaya jika elko terbalik rangkaian bisa jadi petasan/mercon hahaha)
cara pertama
cara pertama
hubungkan Output Amplifier ke Negatif (-) Multitester.
hubungkan Output Ground ke Positif (+)
Multitester.
arahkan selektor Multitester ke AC, pada 50 Volt Ac.
putar volume seminimal mungkin dan hidupkan amplifier. jangan di beri input audio
perhatikan
Multitester, lihat jarum-nya pada posisi (0) atau naik.
apabila naik berarti amplifier belum bisa dihubungkan ke speaker(mungkin ada kesalahan pada rangkaian
amplifier, periksa lagi rangkaian)
apabila posisi 0, lanjut ke tahap cara kedua( jangan lepas multitester dulu dari posisinya cara kedua masih
menggunakan multitester)
cara kedua
putar volume setengah/ jarum jam 12, lalu sentuh input amplifier, perhatikan jarum multitester apabila jarum seirama dengan sentuhan berarti amplifier siap lanjut ke tahap ketiga(silahkan simpan multitester ke alam nya)
cara ketiga
hubungkan output amplifier ke speaker, lalu putar volume seminimal mungkin
lalu beri input audio seperti dari dvd,tape, radio, hp,dll
putar volume posisi jam 10, lalu bagai manakah suara amplifier anda?
jangan lupa klik G+ dibawah ini
Lanjutkan Membaca >>
Daftar Satuan Byte Pada Kapasitas Memory
·
1000 Bytes = 1 Kilobyte
· 1000 Kilobytes = 1 Megabyte
· 1000 Megabytes = 1 Gigabyte
· 1000 Gigabytes = 1 Terabyte
· 1000 Terabytes = 1 Petabyte
· 1000 Kilobytes = 1 Megabyte
· 1000 Megabytes = 1 Gigabyte
· 1000 Gigabytes = 1 Terabyte
· 1000 Terabytes = 1 Petabyte
· 1000
Petabytes = 1 Exabyte
· 1000 Exabytes = 1 Zettabyte
· 1000 Zettabytes = 1 Yottabyte
· 1000 Yottabytes = 1 Brontobyte
· 1000 Brontobytes = 1 Geopbyte
· 1000 Exabytes = 1 Zettabyte
· 1000 Zettabytes = 1 Yottabyte
· 1000 Yottabytes = 1 Brontobyte
· 1000 Brontobytes = 1 Geopbyte
Lanjutkan Membaca >>
Membuat downloader AVR sendiri
setelah saya mencari cara membuat downloader dengan port parallel dan serial akhirnya nemu juga, downloader ini hanya saya gunakan 1kali karena untuk memprogram usb downloader tapi dua downloader ini tidak saya buang, saya simpan dilemari untuk cadangan apabila USB downloader rusak.
Lanjutkan Membaca >>
cara menghilangkan bunyi duk saat amplifier dinyalakan/dihidupkan
saat amplifier dihidupkan berbunyi duk pada speaker, kalau kita merakit amplifier sendiri tentu belum merasa puas jika ada masalah tersebut
berikut cara cara menghilangkan bunyi duk saat amplifier dihidupkan
cara pertama
paralel saklar/ kontak on/off amplifier dengan kapasitor nonpolar 100nf/400v, kapasitor harus 400volt kalau
ukuran/nilai kapasitor boleh mendekati seperti 220n, 150n 120n,82n
cara kedua
pakai rangkaian protektor speaker, rangkaian protektor speaker mudah didapat dipasaran dengan harga bervariasi, tapi saran saya lebih baik merakit sendiri untuk mengasah kepandaian analisa rangkaian, rangkaian nya simple kok, skemanya bisa search di google, atau di postingan saya sebelumnya
cara ketiga
ganti kapasitor bank/ kapasitor yang ada di power suply dengan kapasitas yang besar, kalau power ocl 300w jengkolan pake 4buah kapasitor 3300uf/50v saya ganti dengan 2buah 47000uf/80v bunyi duk-nya langsung hilang dikarenakan terjadinya proses waktu tunda/delay saat power suply mengisi kapasitor bank hingga penuh
cara keempat
pakai rangkaian softstart untuk travo, rangkaian nya juga simple, silahkan lihat di posting sebelumnya
cara kelima
memodifikasi rangkaian, cara ini pernah saya coba dan berhasil
sebenarnya sih banyak cara menghilangkan bunyi DUK amplifier dihidupkan tapi saran saya lebih baik memakai cara kedua yaitu memakai rangkaian protektor speaker, karena tahan lama dan komponen nya tidak susah dicari
sekian saja postingan kali ini
mohon klik G+ yang ada dibawah postingan ini
Lanjutkan Membaca >>
Rangkaian Soft Starter untuk Trafo Amplifier
rangkaian ini berfungsi sebagai pelindung trafo dan menghilangkan bunyi DUK saat amplifier dinyalakan, saat kontak dalam keadaan on maka rangkaian megisi muatan listrik ke kapasitor 2200uf/50v dan resistor 47ohm memberi tegangan kecil ke trafo, saat muatan di kapasitor 2200uf penuh dalam waktu tunda sekitar 3 detik lalu relay akan diaktifkan/ diberi tegangan sempurna 24v.
sekian saja postingan saya kali ini,
apabila ada pertanyaan mohon komentar dan jangan lupa klik G+ yang ada dibawah postingan ini.....
sekian saja postingan saya kali ini,
apabila ada pertanyaan mohon komentar dan jangan lupa klik G+ yang ada dibawah postingan ini.....
Lanjutkan Membaca >>
Sunday, July 28, 2013
Saklar Otomatis Pompa Air
Seringkali ketika mengisi air di penampungan di rumah
kita selalu tumpah saat penampungan penuh, mungkin saja karena kita lupa atau
kita sedang ada keperluan lain sehingga saklar tersebut ditinggal begitu saja
dan hasilnya airnya tumpah kemana-mana.
Berikut ini adalah gambar rangkaian dan cara kerjanya
:
Daftar
komponen untuk Saklar
Otomatis Pompa Air :
R1
= 100K C1,2 = 47n
R2 = 5K6 C3 = 220mf/25v
R3 = 680 Tr1,2,4,7,8 = FCS9012
R4 = 10 Tr3,5,6 = FCS9013
R5 = 1K D1-5 = IN4002
R6 = 270 Trafo 12v 350ma
R7 = 47K ab = PLN
R8 = 47K cd = Pompa Air
R9 = 100K
Relay = 12v DC
ABC = sensor (dari besi, stainlis atau lainnya)
R2 = 5K6 C3 = 220mf/25v
R3 = 680 Tr1,2,4,7,8 = FCS9012
R4 = 10 Tr3,5,6 = FCS9013
R5 = 1K D1-5 = IN4002
R6 = 270 Trafo 12v 350ma
R7 = 47K ab = PLN
R8 = 47K cd = Pompa Air
R9 = 100K
Relay = 12v DC
ABC = sensor (dari besi, stainlis atau lainnya)
Cara kerja
Dalam
percobaan kali ini misalkan
kita menginginkan tinggi air dalam tangki tidak lebih tinggi dari titik A dan
tidak lebih rendah dari titik B, maka pompa air akan hidup sendiri dan bila
menyentuh titik A pompa akan mati.
A=batas
atas permukaan air yang dikehendaki
B=batas bawah air yang dikendaki
C=adalah kawat/kabel yang harus selalu menyentuh air di tempelkan ke badan tangki.
B=batas bawah air yang dikendaki
C=adalah kawat/kabel yang harus selalu menyentuh air di tempelkan ke badan tangki.
Lanjutkan Membaca >>
Membuat Variabel Adaptor dengan IC Regulator LM317
Jika kita sering membuat rangkaian elektronika pasti kita butuh yang
namanya power supply. Dipasaran sudah banyak juga dijual berbagai macam jenis
power supply ini. Tapi masalahnya bagaimana jika kita membutuhkan tegangan yang
berbeda-beda untuk berbagai jenis rangkaian.
Mempunyai banyak adaptor dengan berbagai variasi tegangan output bukan ide yang bagus untuk mengatasi hal tersebut. Nanti kita bisa disebut kolektor adaptor kalau begitu. Adaptor variable yang dijual dipasaran pun biasanya juga terbatas pada voltage yang standar seperti 3V, 6V, 9V dan 12 V. Bagaimana jika kita membutuhkan tegangan 3,7 V atau 7,1 V, atau 10,1. Ok...disini kita akan membuat adaptor yang seperti itu. Adaptor yang variabe tegangan outputnya bisa diatur dengan sangat halus sekali, sehingga kita bisa mendapatkan tegangan output dengan koma-koma.
Pertama:
Tentukan dulu apa tujuan kita. kalau mau membuat adaptor variabel (bisa desetting semau kita ya kita pakai variabel resistor, atau kita yang tentukan sendiri voltase yang diinginkan maka kita memakai fixed resistor yang biasa.
Kedua:
Perhitungan Vout (voltage keluaran) untuk anda yang mengiinginkan fixed voltage output.
Vout ditentukan dengan
rumus:
VOUT = 1.25 * ( 1 + R2/R1 )
R1 dan R2 dalam satuan Ohm
untuk lebih gampangnya, bisa mempergunakan tabel dibawah ini:
VOUT = 1.25 * ( 1 + R2/R1 )
R1 dan R2 dalam satuan Ohm
untuk lebih gampangnya, bisa mempergunakan tabel dibawah ini:
1.43V R1 = 470, R2 = 68
1.47V R1 = 470, R2 = 82 1.48V R1 = 370, R2 = 68 1.51V R1 = 330, R2 = 68 1.51V R1 = 390, R2 = 82 1.52V R1 = 470, R2 = 100 1.53V R1 = 370, R2 = 82 1.56V R1 = 330, R2 = 82 1.57V R1 = 270, R2 = 68 1.57V R1 = 470, R2 = 120 1.57V R1 = 390, R2 = 100 1.59V R1 = 370, R2 = 100 1.60V R1 = 240, R2 = 68 1.63V R1 = 330, R2 = 100 1.63V R1 = 270, R2 = 82 1.64V R1 = 390, R2 = 120 1.64V R1 = 220, R2 = 68 1.65V R1 = 470, R2 = 150 1.66V R1 = 370, R2 = 120 1.68V R1 = 240, R2 = 82 1.71V R1 = 330, R2 = 120 1.71V R1 = 270, R2 = 100 1.72V R1 = 220, R2 = 82 1.72V R1 = 180, R2 = 68 1.73V R1 = 470, R2 = 180 1.73V R1 = 390, R2 = 150 1.76V R1 = 370, R2 = 150 1.77V R1 = 240, R2 = 100 1.81V R1 = 270, R2 = 120 1.82V R1 = 150, R2 = 68 1.82V R1 = 330, R2 = 150 1.82V R1 = 180, R2 = 82 1.83V R1 = 390, R2 = 180 1.84V R1 = 470, R2 = 220 1.86V R1 = 370, R2 = 180 1.88V R1 = 240, R2 = 120 1.89V R1 = 470, R2 = 240 1.93V R1 = 330, R2 = 180 1.93V R1 = 150, R2 = 82 1.94V R1 = 270, R2 = 150 1.96V R1 = 390, R2 = 220 1.97V R1 = 470, R2 = 270 1.99V R1 = 370, R2 = 220 2.02V R1 = 390, R2 = 240 2.03V R1 = 240, R2 = 150 2.06V R1 = 370, R2 = 240 2.08V R1 = 330, R2 = 220 2.10V R1 = 220, R2 = 150 2.12V R1 = 390, R2 = 270 2.13V R1 = 470, R2 = 330 2.16V R1 = 330, R2 = 240 2.16V R1 = 370, R2 = 270 2.19V R1 = 240, R2 = 180 2.23V R1 = 470, R2 = 370 2.25V R1 = 150, R2 = 120 2.27V R1 = 270, R2 = 220 2.27V R1 = 330, R2 = 270 2.29V R1 = 470, R2 = 390 2.29V R1 = 180, R2 = 150 |
2.31V R1 = 390, R2 = 330
2.36V R1 = 270, R2 = 240 2.37V R1 = 370, R2 = 330 2.40V R1 = 240, R2 = 220 2.44V R1 = 390, R2 = 370 2.50V R1 = 470, R2 = 470 2.57V R1 = 370, R2 = 390 2.61V R1 = 220, R2 = 240 2.65V R1 = 330, R2 = 370 2.66V R1 = 240, R2 = 270 2.73V R1 = 330, R2 = 390 2.74V R1 = 470, R2 = 560 2.75V R1 = 150, R2 = 180 2.76V R1 = 390, R2 = 470 2.78V R1 = 270, R2 = 330 2.78V R1 = 220, R2 = 270 2.84V R1 = 370, R2 = 470 2.92V R1 = 180, R2 = 240 2.96V R1 = 270, R2 = 370 2.97V R1 = 240, R2 = 330 3.03V R1 = 330, R2 = 470 3.05V R1 = 390, R2 = 560 3.06V R1 = 270, R2 = 390 3.06V R1 = 470, R2 = 680 3.08V R1 = 150, R2 = 220 3.13V R1 = 220, R2 = 330 3.14V R1 = 370, R2 = 560 3.18V R1 = 240, R2 = 370 3.25V R1 = 150, R2 = 240 3.28V R1 = 240, R2 = 390 3.35V R1 = 220, R2 = 370 3.37V R1 = 330, R2 = 560 3.43V R1 = 270, R2 = 470 3.43V R1 = 390, R2 = 680 3.43V R1 = 470, R2 = 820 3.47V R1 = 220, R2 = 390 3.50V R1 = 150, R2 = 270 3.54V R1 = 180, R2 = 330 3.55V R1 = 370, R2 = 680 3.70V R1 = 240, R2 = 470 3.82V R1 = 180, R2 = 370 3.83V R1 = 330, R2 = 680 3.84V R1 = 270, R2 = 560 3.88V R1 = 390, R2 = 820 3.91V R1 = 470, R2 = 1000 3.92V R1 = 220, R2 = 470 3.96V R1 = 180, R2 = 390 4.00V R1 = 150, R2 = 330 4.02V R1 = 370, R2 = 820 4.17V R1 = 240, R2 = 560 4.33V R1 = 150, R2 = 370 4.36V R1 = 330, R2 = 820 4.40V R1 = 270, R2 = 680 4.43V R1 = 220, R2 = 560 4.44V R1 = 470, R2 = 1200 4.46V R1 = 390, R2 = 1000 4.50V R1 = 150, R2 = 390 4.51V R1 = 180, R2 = 470 4.63V R1 = 370, R2 = 1000 |
4.79V R1 = 240, R2 = 680
5.04V R1 = 330, R2 = 1000 5.05V R1 = 270, R2 = 820 5.10V R1 = 390, R2 = 1200 5.11V R1 = 220, R2 = 680 5.14V R1 = 180, R2 = 560 5.17V R1 = 150, R2 = 470 5.24V R1 = 470, R2 = 1500 5.30V R1 = 370, R2 = 1200 5.52V R1 = 240, R2 = 820 5.80V R1 = 330, R2 = 1200 5.88V R1 = 270, R2 = 1000 5.91V R1 = 220, R2 = 820 5.92V R1 = 150, R2 = 560 5.97V R1 = 180, R2 = 680 6.04V R1 = 470, R2 = 1800 6.06V R1 = 390, R2 = 1500 6.32V R1 = 370, R2 = 1500 6.46V R1 = 240, R2 = 1000 6.81V R1 = 270, R2 = 1200 6.92V R1 = 150, R2 = 680 6.93V R1 = 330, R2 = 1500 6.94V R1 = 180, R2 = 820 7.02V R1 = 390, R2 = 1800 7.10V R1 = 470, R2 = 2200 7.33V R1 = 370, R2 = 1800 7.50V R1 = 240, R2 = 1200 8.07V R1 = 330, R2 = 1800 8.08V R1 = 150, R2 = 820 8.19V R1 = 270, R2 = 1500 8.30V R1 = 390, R2 = 2200 8.43V R1 = 470, R2 = 2700 8.68V R1 = 370, R2 = 2200 9.06V R1 = 240, R2 = 1500 9.58V R1 = 330, R2 = 2200 9.77V R1 = 220, R2 = 1500 9.90V R1 = 390, R2 = 2700 10.03V R1 = 470, R2 = 3300 10.37V R1 = 370, R2 = 2700 10.63V R1 = 240, R2 = 1800 11.25V R1 = 150, R2 = 1200 11.44V R1 = 270, R2 = 2200 11.48V R1 = 330, R2 = 2700 11.67V R1 = 180, R2 = 1500 11.83V R1 = 390, R2 = 3300 12.40V R1 = 370, R2 = 3300 12.71V R1 = 240, R2 = 2200 13.75V R1 = 330, R2 = 3300 15.31V R1 = 240, R2 = 2700 16.25V R1 = 150, R2 = 1800 16.53V R1 = 270, R2 = 3300 16.59V R1 = 220, R2 = 2700 18.44V R1 = 240, R2 = 3300 19.58V R1 = 150, R2 = 2200 20.00V R1 = 220, R2 = 3300 23.75V R1 = 150, R2 = 2700 24.17V R1 = 180, R2 = 3300 28.75V R1 = 150, R2 = 3300 |
Ketiga:
Jika menginginkan Variabel output:
Lanjutkan Membaca >>
Membuat Lampu Taman Otomatis dengan sensor LDR
transistor BC548 bisa diganti dengan D438, TIP41, BD139,dll. fungsinya sebagai switch untuk mengendalikan relay
R2 bisa diganti dengan tahanan yang lebih rendah fungsinya yaitu tahanan arus bias ke basis transistor
D1 berfungsi sebagai proteksi/pelindung relay
C1 berfungsi sebagai filter frekwensi tinggi
IC berfungsi sebagai buffer sensor/penguat arus
LDR berfungsi sebagai sensor
R1 berfungsi untuk menjaga agar input ic tetap mendapat input tegangan positif saat LDR dalam kondisi tahanan besar
RV1 berfungsi untuk mengatur output IC
cara kerja rangkaian yaitu saat malam hari LDR memiliki tahanan yang tinggi, lalu IC mendapat input positif dari R 10k maka output IC akan bertegangan positif, lalu output IC di filter kapasitor 100n dan di hambat oleh R 4k7 dan menuju ke basis transistor dan transistor mengaktifkan relay
R2 bisa diganti dengan tahanan yang lebih rendah fungsinya yaitu tahanan arus bias ke basis transistor
D1 berfungsi sebagai proteksi/pelindung relay
C1 berfungsi sebagai filter frekwensi tinggi
IC berfungsi sebagai buffer sensor/penguat arus
LDR berfungsi sebagai sensor
R1 berfungsi untuk menjaga agar input ic tetap mendapat input tegangan positif saat LDR dalam kondisi tahanan besar
RV1 berfungsi untuk mengatur output IC
cara kerja rangkaian yaitu saat malam hari LDR memiliki tahanan yang tinggi, lalu IC mendapat input positif dari R 10k maka output IC akan bertegangan positif, lalu output IC di filter kapasitor 100n dan di hambat oleh R 4k7 dan menuju ke basis transistor dan transistor mengaktifkan relay
Lanjutkan Membaca >>
Skema Inverter 12 VDC ke 220 VAC
bila ingin mendapat watt yang besar ganti resistor 220ohm dengan resistor 22ohm tapi aki akan cepat habis, standarnya sih 680 ohm, kalau saya menggunakan resistor 1k biar lampu 220v bisa hidup lebih lama hehehe.....
transistornya bisa di dobelkan jadi 4buah, 8buah, 16 buah atau lebih.... kalau sya menggunakan 2 buah jengkol aja udah bisa hidup tuh lampu nya hahaha......
selamat berkreasi..........
kalau ada pertanyaan harap komentar....
transistornya bisa di dobelkan jadi 4buah, 8buah, 16 buah atau lebih.... kalau sya menggunakan 2 buah jengkol aja udah bisa hidup tuh lampu nya hahaha......
selamat berkreasi..........
kalau ada pertanyaan harap komentar....
Lanjutkan Membaca >>
Wednesday, July 10, 2013
FM transmitter
fm transmitter, bug spy fm transmitter, mini transmitter fm, simple fm transmitter, pemancar fm sederhana, pemancar fm 3 volt 9 volt 12 volt, pemancar fm band, skema transmitter fm, skema pemancar fm
Lanjutkan Membaca >>
Subscribe to:
Posts (Atom)